Beban Kerja

Seorang anak nampak murung di depan sumur timba, wajahnya memerah seolah sudah tidak sanggup lagi menahan gelombang air mata yang menggelayuti kelopak matanya. Anak laki-laki kelas 6 Sekolah Dasar itu berusaha sekuat tenaga menahan tangisan, namun beban yang menyesakan dada sudah tidak lagi tertahankan. Dia pun menangis sendiri di depan sumur timba.

Iman sudah merasa seperti hidup dalam kelam semenjak ditinggal oleh ibunya. Hari-hari dilalui dengan penuh derita apalagi setelah ayahnya memutuskan menikah kembali sebulan setelah kematian ibu Iman, lima tahun yang lalu. Sebagai anak lelaki tidak seharusnya Iman melemahkan diri terhadap nasib, namun sekuat-kuatnya batu pasti pecah juga bila terus-menerus dihantam palu godam.

Iman sebagai anggota keluarga tertua diantara adik-adik tiri diberi beban ekstra oleh ibu tirinya. Setiap hari dia harus merapihkan rumah plus memenuhi bak mandi. Pekerjaan merapihkan rumah bukanlah perkara berat, Iman dengan penuh kerelaan bias melakukannya, namun memenuhi bak mandi sebesar 1 x 2 M merupakan pekerjaan yang melelahkan. Anak kelas enam SD tersebut harus memenuhi bak mandi setiap subuh dan sore hari. Jika dia absen memenuhi bak mandi, ibu tirinya tidak segan-segan melakukan tindak kekerasan. Sebenarnya dia bisa saja melawan, namun perlawanan Iman hanya akan memperburuk keadaan karena ayahnya sudah dapat dipastikan berada di pihak si ibu tiri.

Akhirnya anak kecil yang hidup dengan ibu tiri tersebut pasrah dengan keadaan. Dia melakukan pekerjaan berat sehari dua kali.

Suatu hari sepulang dari sekolah, Iman berjalan sendiri menelusuri gang sempit menuju rumahnya. Hari begitu panas, sinar mentari seolah-olah ingin membakar bumi. Di sepanjang jalan yang dia lalui tidak ada satu orangpun pejalan kaki, mungkin penduduk sedang bersembunyi di dalam rumahnya di samping kipas angin yang menyala.

Langkah kaki Iman hampir sampai di ujung gang, namun dari arah belakang seseorang berjalan cepat menyusul. Saat Iwan menolehkan pandang seorang laki-laki bertato sudah tepat berada di belakangnya. Laki-laki itu menjambak kerah baju Iman, kemudian mengangkat tubuhnya ke atas pundak. Iman berusaha melepaskan diri dari sang penyarang, namun laki-laki berkulit hitam itu menambah kuat cengkramannya.

Di surat kabar sedang ramai diberitakan tentang penculikan anak. Para penculik bukan hanya memangsa anak perempuan, tapi juga anak laki-laki untuk dijadikan pemuas nafsu menyimpang para pedipolia. Sudah banyak korban ditemukan tewas dengan bekas luka tusukan, ada juga yang dimutilasi sehingga menyulitkan polisi mengidentifikasi. Penculikan anak untuk memenuhi nafsu bejat para lelaki pengikut kaum Luth menjadi semacam mimpi di siang bolong.

Iman masih berusaha melepaskan diri dari cengkraman lelaki bertato, dia tidak mau bernasib seperti anak-anak yang diberitakan TV, mati dengan cara dimutilasi. Iman terus memberontak, sehingga penculik tersebut menghentikan langkahnya. Mendapat kesempatan, anak sekolah SD yang sering menimba air sumur itu mengayunkan kepalan tangannya tepat mengarah ke perut penculik. Satu pukulan berhasil melepaskan cengkraman tangan lelaki hitam, Iman berdiri tegap di hadapan penculik yang masih memegangi perut. Ketika si penculik berusaha menangkapnya, Iman dengan sekuat tenaga kembali menghantamkan kepalan tangannya ke arah ulu hati. Laki-laki hitam itupun terkapar, tanpa menunggu lama Iman berlari membebaskan diri dari ancaman kematian.

Setelah peristiwa itu, anak Sekolah Dasar tersebut menyadari betapa pekerjaan berat yang selama ini dia kerjakan telah membentuk otot tangannya menjadi kuat. Iman pun melepaskan segala kekesalan terhadap ayah dan ibu tirinya. Dia melakukan pekerjaan menimba air untuk memenuhi bak mandi setiap hari dengan penuh kesungguhan, bahkan lambat laun dia menjadi sangat mencintai pekerjaannya tersebut.

***

Fenomena pembagian tugas yang tidak merata sering kali kita jumpai dalam hidup ini. Di rumah terkadang orang tua terlalu mengandalkan pekerjaan rumah kepada salah satu anaknya, sehingga anak tersebut merasa kecewa karena tidak diperlakukan secara adil. Ketika adiknya asik bermain, dia masih harus menuntaskan pekerjaan. Di sekolah terkadang guru merasa nyaman membebankan tugas kepada murid tertentu, sehingga dia merasa kekurangan waktu untuk mengikuti pelajaran, padahal sebagai anak sekolah memahami pelajaran merupakan pekerjaan utama. Di kantor terkadang pimpinan melimpahkan beban tambahan kepada beberapa orang karyawan tanpa dibarengi dengan penambahan kesejahteraan, sehingga karyawan-karyawan pilihan tersebut merasa jenuh dan lelah.

Para pekerja ekstra yang mendapat beban tugas lebih dari pada orang lain sering kali mengeluhkan keadaanya. Mereka merasa tidak nyaman, namun sebagai pekerja yang posisinya dibawah atasan mereka tidak memiliki pilihan lain kecuali mengikuti perintah. Terkadang ada pekerja yang berusaha menunjukan pemberontakan dengan cara tidak menyelesaikan tugas tepat waktu atau tidak menuntaskan pekerjaanya. Namun bukan perhatian yang diharapkan datang, malainkan omelan dan peringatan dari atasan menghampirinya. Mereka pun kembali harus melaksanakan tugas atau meninggalkan tugas untuk selamanya. Dan pilihan yang kedua merupakan sebuah kiyamat kecil.

Seperti Iman yang bisa terbebas dari ancaman penculik anak, kita juga bisa membebaskan diri dari berbagai permasalahan yang terjadi di sepanjang hidup ini. Karena sesungguhnya setiap masalah adalah ujian dan ujian akan selalu dilalui dengan baik oleh orang yang mempersiapkan diri.

Pekerjaan apapun namanya merupakan persiapan nyata untuk menghadapi segala macam persoalan yang terjadi dan akan terjadi. Semakin banyak pekerjaan tentunya akan semakin menambah keterampilan, semakin berat tentunya akan menambah kekuatan, semakin rumit akan menambah kreativitas dan semakin sering maka akan menambah kesabaran.

Iman yang mendapat pekerjaan berat, memenuhi bak mandi dengan cara menimba air sumur tanpa sadar telah memiliki otot tangan yang kuat. Dengan terus menerus menimba air, otot tangan anak sekolah dasar tersebut menjadi lebih kuat dari pada otot tangan teman sebayanya. Dengan bekal otot kuat tersebut, Iman bisa merobohkan penculik yang notabene adalah lelaki dewasa hanya dengan dua kali pukulan ke arah perut.

Kita juga bisa menjadi Iman, tentunya dengan tetap dan terus melaksanakan pekerjaan yang diamanatkan betapapun beratnya pekerjaan tersebut. Mungkin sekarang kita belum sempat menikmati hasil kerja keras yang telah dilakukan, tapi percayalah masih ada hari esok. Hari esok bisa jadi benar-benar besok, atau minggu depan, mungkin juga bulan depan, bahkan bisa tahun depan dan beberapa tahun yang akan datang.

Jika pun sampai akhir hayat kita tidak menemukan bukti kongkrit dari hasil kerja keras,   (saya rasa kemungkinan ini sangat kecil) sebagai muslim tentunya kita percaya pada hari pembalasan. Di hari perhitungan tentunya amal kerja kita tidak akan dilupakan. Maka dari itu tidak ada alasan untuk bekerja seadanya hanya karena balasan yang kita terima tidak sepadan. Mari kita bekerja dan biarkan malaikat yang mencatat pekerjaan tersebut sehingga Yang Maha Kuasa memberikan hadiah seimbang dari setiap cucuran keringat, perasan pikiran dan mungkin tetesan air mata serta darah.

Next Post
Leave a comment

Leave a comment